Selasa, 08 Juli 2014

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

BAB I PENDAHULUAN

1.1             Latar Belakang

Kromatografi adalah istilah umum untuk berbagai cara pemisahan berdasarkan partisi cuplikan antara fasa yang bergerak, dapat berupa gas atau zat cair, dan fasa diam, dapat berupa zat cair atau zat padat. Kita biasanya menganggap Tswett sebagai penemu kromatografi, yang pada tahun 1903 menguraikan karyanya mengenai pemakaian kolom kapur untuk memisahkan pigmen dalam daun. Istilah ‘kromatografi’ dipakai oleh Tswett untuk menggambarkan daerah berwarna yang bergerak ke bagian bawah kolom
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa-fasa ini membentuk suatu lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang merembes lewat atau melalui fase yang stasioner. Fasa stasioner mugkin suatu zat padat atau suatu cairan, dan fasa yang bergerak mungkin suatu cairan atau suatu gas. Maka semua jenis kromatografi yang dikenal, terbagi menjadi empat golongan: cair-padat, gas-padat, cair-cair, dan gas-cair.
Pembahasan teknik kromatografi modern,  baru lengkap bila disebut kromatografi cairan kinerja tinggi (HPLC). Kromatografi cairan kolom klasik  merupakan prosedur pemisahan yang sudah mapan dalam mana fase cair yang mobil mengalir lambat-lambat lewat kolom karena gravitasi. Umumnya metode itu dicirikan oleh efisiensi kolom yang rendah dan waktu pemisahan yang lama. Namun sejak kira-kira tahun 1969, perhatian dalam teknik kolom cairan hidup kembali dengan sangat menyolok karena dikembangkannya sistem tekanan tinggi oleh Kirchland dan Huber, yang bekerja pada tekanan sampai 2,07 x 107 Nm-2 (3000 p.s.i). Dalam metode ini digunakan kolom berdiameter kecil (1-3 mm) dan eluen dipompakan ke dalamnya dengan laju alir yang tinggi (sekitar 1-5 cm3m-1). Pemisahan dengan metode ini dilakukan jauh lebih cepat (sekitar 100 kali lebih cepat) daripada dengan kromatografi cairan yang biasa. Meskipun peralatan yang tersedia di pasar dewasa ini agak mahal, HPLC telah terbukti luas penggunaannya dalam kimia organik


1.    Pengertian HPLC
2.    Jenis- jenis HPLC
3.    Instrument HPLC
4.    Prinsip kerja HPLC
5.    Aplikasi HPLC
6.    Manfaat Penggunaan HPLC
7.    Kelebihan dan Kekurangan HPLC

1.3 Tujuan
a.       Mengetahui Pengertian HPLC
b.      Mengetahui Jenis- jenis HPLC
c.       Mengetahui Instrument HPLC
d.      Mengetahui Prinsip kerja HPLC
e.       Mengetahui Aplikasi HPLC
f.       Mengetahui Manfaat Penggunaan HPLC
g.      Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan HPLC

BAB II PEMBAHASAN


Kromatografi Cair Tenaga Tinggi (KCKT) atau biasa juga disebut dengan High Performance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan metode yang tidak destruktif dan dapat digunakan baik untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. HPLC secara mendasar merupakan sebuah perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. Selain dari pelarut yang menetes melalui kolom di bawah pengaruh gravitasi, HPLC didukung oleh pompa yang dapat memberikan tekanan tinggi sampai dengan 400 atm. Hal ini membuat HPLC dapat memisahkan komponen sampel lebih cepat. Saat ini, HPLC merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel dalam berbagai bidang, antara lain : farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan. Beberapa perkembangan HPLC terbaru antara lain : miniaturisasi sistem HPLC, penggunaan HPLC untuk analisis asam-asam nukleat, analisis protein, analisis karbohidrat, dan analisis senyawa-senyawa kiral.

2.2 Jenis- Jenis HPLC
          Pemisahan dengan HPLC dapat dilakukan dengan fase normal (jika fase diamnya lebih polar dibanding dengan fase geraknya) atau fase terbalik (jika fase diamnya kurang non polar dibanding dengan fase geraknya). Berdasarkan pada kedua pemisahan ini, sering kali HPLC dikelompokkan menjadi HPLC fase normal dan HPLC fase terbalik. Selain klasifikasi di atas, HPLC juga dapat dikelompokkan berdasarkan pada sifat fase diam dan atau berdasarkan pada mekanisme sorpsi solut, dengan jenis-jenis HPLC sebagai berikut:
1. Kromatografi Adsorbsi
Prinsip kromatografi adsorpsi telah diketahui sebagaimana dalam kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Pemisahan kromatografi adsorbsi biasanya menggunakan fase normal dengan menggunakan fase diam silika gel dan alumina, meskipun demikian sekitar 90% kromatografi ini memakai silika sebagai fase diamnya. Pada silika dan alumina terdapat gugus hidroksi yang akan berinteraksi dengan solut. Gugus silanol pada silika mempunyai reaktifitas yang berbeda, karenanya solut dapat terikat secara kuat sehingga dapat menyebabkan puncak yang berekor.
 2. Kromatografi fase terikat (Kromatografi Partisi)
Kebanyakan fase diam kromatografi ini adalah silika yang dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar seperti dengan oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam yang paling populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan kebanyakan pemisahannya adalah fase terbalik.
Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril dengan air atau dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat asam lemah  atau basa lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase gerak tidak diatur maka solut akan mengalami ionisasi atau protonasi. Terbentuknya spesies yang terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan fase diam menjadi lebih lemah dibanding jika solut dalam bentuk spesies yang tidak terionisasi karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan terelusi lebih cepat.
3. Kromatografi penukar ion
HPLC penukar ion menggunakan fase diam yang dapat menukar kation atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang beredar di pasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaannya adalah polistiren resin. Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus penukar ion pada resin.
4. Kromatografi Pasangan ion
Kromatografi pasangan ion juga dapat digunakan untuk pemisahan sampel-sampel ionik dan mengatasi masalah-masalah yang melekat pada metode penukaran ion. Sampel ionik ditutup dengan ion yang mempunyai muatan yang berlawanan.
5. Kromatografi Eksklusi Ukuran
Kromatografi ini disebut juga dengan kromatografi permiasi gel dan dapat digunakan untuk memisahkan atau menganalisis senyawa dengan berat molekul > 2000 dalton. Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai BM yang jauh lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian molekul-molekul yang ukuran medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini disebabkan solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi lewat diantara partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan dengan eksklusi ukuran ini tidak terjadi interaksi kimia antara solut dan fase diam seperti tipe kromatografi yang lain.
6. Kromatografi Afinitas
Dalam kasus ini, pemisahan terjadi karena interaksi-interaksi biokimiawi yang sangat spesifik. Fase diam mengandung gugus-gugus molekul yang hanya dapat menyerap sampel jika ada kondisi-kondisi yang terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada sampel yang sesuai (sebagaimana dalam interaksi antara antigen dan antibodi). Kromatografi jenis ini dapat digunakan untuk mengisolasi protein (enzim) dari campuran yang sangat kompleks.

2.3 Instrument HPLC
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak (Reservoir) , pompa, alat untuk memasukkan sampel (tempat injeksi), kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak, dan suatu komputer atau integrator atau perekam. Diagram skematik sistem kromatografi cair dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

2.3.1 Wadah fase gerak (Reservoir)
          Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan deggasing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak. Sebab adanya gas dalam fase gerak akan mengganggu detektor sehingga akan mengacaukan hasil analisis. Fase gerak biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.

v  Fase Gerak
Fase gerak dalam HPLC adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen atau pelarut. Selain berfungsi sebagai pembawa komponen-komponen campuran campuran menuju detector, fase gerak dapat berinteraksi dengan solut-solut. Oleh karena itu, fase gerak dalam HPLC merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan proses pemisahan.

v  Persyaratan fase gerak HPLC:

1.    Zat cair harus bertindak sebagai pelarut yang baik untuk cuplikan yang akan dianalisis.
2.    Zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran yang dapat mengganggu interpretasi kromatografi.
3.    Zat air harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan pada kolom.
4.    Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak beracun.
5.    Zat air tidak kental. Umumnya kekentalan tidak melebihi 0,5 cP (centi Poise).
6.    Sesuai dengan detector.

v  Jenis HPLC berdasarkan kepolaran fase diam dan fase gerak:

a)    HPLC fase normal: HPLC dengan kombinasi antara fase diam polar dan fase gerak non-polar. Fase diam yang digunakan seperti silica, alumina, atau trietilenaglikol yang dilapiskan pada partikel silica. Sedangkan fase gerak yang digunakan adalah heksana atau i-propileter.
b)   HPLC fase terbalik: HPLC dengan kombinasi antara fase diam non-polar dan fase gerak polar. Fase gerak yang digunakan seperti air, methanol, atau asetinitril.
     Fase gerak yang baik memberikan factor kapasitas k’  pada rentang yang sesuai. Untuk cuplikan dengan 2-3 komponen, sebaiknya menggunakan fase gerak yang memberikan k’ antara 2-5

2.3.2 Pompa
          Pompa yang cocok digunakan untuk HPLC adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan 20 mL/menit.
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, reprodusibel, konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam HPLC yaitu: pompa dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan
.
Ø  Tiga jenis pompa yang digunakan dalam HPLC:
a)      Pompa reciprocating
Pompa ini terdiri dari ruangan kecil tempat pelarut yang dipompa dengan cara gerakan piston mundur-maju yang dijalankan oleh motor. Piston berupa gelas dan berkontak langsung dengan pelarut. Ketika piston mundur maka bola gelas bawah terangkat dan pelarut masuk, sebaliknya ketika piston maju maka bola bawah menutup saluran pelarut dan pelarut yang telah berada di ruang pompa didorong masuk ke dalam kolom. 
b)      Pompa displacement
Pompa ini menyerupai syringe (alat suntik) terdiri dari tabung yang dilengkapi pendorong yang digerakkan oleh motor. Pompa ini juga menghasilkan aliran yang cenderung tidak bergantung pada tekanan balik kolom dan viskositas pelarut.
c)      Pompa pneumatic
Dalam pompa ini pelarut didorong oleh gas bertekanan tinggi. Pompa jenis ini murah dan bebas pulsa. Akan tetapi mempunya keterbatasan kapasitas dan tekanan yang dihasilkan (<2000 psi) serta kecepatan alir bergantung pada viskositas pelarut dan takanan balik kolom.

2.3.3 Tempat Injeksi
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi yang minimum dari material kolom. Sampel yang akan dipisahkan dimasukkan ke dalam kolom secara otomatis atau manual melalui injeksi. Volume injeksi sangat tepat karena mempunyai sampel loop dengan variabel volume (misalnya 20 – 500 μL).
Ø  Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan :
a)   Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di dalam cairan kecil clan resolusi tidak dipengaruhi
b)   Septum: Septum yang digunakan pada HPLC sama dengan yang digunakan pada Kromtografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut Kromatografi Cair. Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
c)    Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar dari 10 μ dan dilakukan dengan cara automatis (dengan menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksifan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel diisi kedalam loop pada kinerja atmosfir, bila VALVE difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom.

Ø  Syarat- syarat injektor yang baik :
  • Dapat memasukkan sampel ke dalam kolom dalam bentuk sesempit mungkin
  • Mudah digunakan
  • Keberulangan tinggi
  • Dapat bekerja walaupun ada tekanan balik
2.3.4 Kolom
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit.
Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan kolom konvensional, yakni:
Ø  Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10 -100 μl/menit).
Ø  Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spektrometer massa.
Ø  Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solut lebih pekat, karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal sampel klinis.
Meskipun demikian, dalam prakteknya, kolom mikrobor ini tidak setahan kolom konvensional dan kurang bermanfaat untuk analisis rutin.

v  Fase Diam
Kebanyakan fase diam pada HPLC berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzen. Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH). Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagen-reagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol dan menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain.
Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan waktu retensi yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air yang digunakan.

2.3.5 Detektor
Detektor pada HPLC dikelompokkan menjadi 2 golongan yaitu: detektor universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan elektrokimia.
Idealnya, suatu detektor harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a.    mempunyai respon terhadap solut yang cepat dan reprodusibel;
b.    mempunyai sensitifitas yang tinggi, yakni mampu mendeteksi solut pada kadar yang sangat kecil;
c.    stabil dalam pengopersiannya;
d.   mempunyai sel volume yang kecil sehingga mampu meminimalkan pelebaran pita;
e.    signal yang dihasilkan berbanding lurus dengan konsentrasi solut pada kisaran yang luas (kisaran dinamis linier);
f.     tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak.

Karakteristik detector HPLC:
Dasar Pendeteksian
Jenis
Maksimum sensitifitas
Peka terhadap kecepatan alir
Sensitivitas suhu
Absorbsi UV
Spesifik
2 x 10-16
Tidak
Rendah
Absorbsi IR
Spesifik
10-6
Tidak
Rendah
Flourometri
Spesifik
10-11
Tidak
Rendah
Indek bias
Umum
1 x 10-7
Tidak
+ 10-4 0 C
Konduktometri
Spesifik
10-8
Ya
2% 0C
Spektometri massa
Umum
10-10
Tidak
Tidak ada
elektrokimia
Spesifik
10-12
Ya
1,5% 0C

2.4 Prinsip Kerja HPLC
Kerja HPLC pada prinsipnya adalah pemisahan analit-analit berdasarkan kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa diam) dan larutan tertentu sebagai fasa geraknya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan kecepatannya untuk sampai ke detektor (waktu retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak-puncaknya terpisah.
Urutan skala polaritas : golongan fluorocarbon < golongan hidrokarbon < senyawa terhalogenasi < golongan eter < golongan ester < golongan keton < golongan alkohol < golongan asam.
HPLC dapat menganalisa secara kualitatif dan kuantitatif. Pada proses kualitatif cara yang paling umum untuk mengidentifikasi adalah dengan melihat Retention time (RT). Peak yang mempunyai RT yang sama dengan standard umumnya adalah sebagai peak milik analat. Selain melihat RT hal lain yang perlu dilihat adalah spektrum 3D dari signal kromatogram. Zat yang sama akan mempunyai spektrum 3D yang juga sama. Sehingga jika spektrum 3D antara dua zat berbeda, maka kedua zat tersebut juga dipastikan adalah zat yang berlainan, meskipun memiliki RT yang sama.
Kemudian melalui analisa kuantitatif dapat diketahui kadar komponen yang dianalisis di dalam sampel.  Yang berperan dalam proses separasi pada system HPLC adalah kolom. Ada kolom yang digunakan untuk beberapa jenis analisa, misalnya kolom C18 yang dapat digunakan untuk analisa carotenoid, protein, lovastatin, dan sebagainya. Namun ada juga kolom yang khusus dibuat untuk tujuan analisa tertentu, seperti kolom Zorbax carbohydrat (Agilent) yang khusus digunakan untuk analisa karbohidrat (mono-, di-, polysakarida). Keberhasilan proses separasi sangat dipengaruhi oleh pemilihan jenis kolom dan juga fasa mobil.
Setelah komponen dalam sample berhasil dipisahkan, tahap selanjutnya adalah proses identifikasi. Hasil analisa HPLC diperoleh dalam bentuk signal kromatogram. Dalam kromatogram akan terdapat peak-peak yang menggambarkan banyaknya jenis komponen dalam sample.

Sample yang mengandung banyak komponen didalamnya akan mempunyai kromatogram dengan banyak peak. Bahkan tak jarang antar peak saling bertumpuk (overlap). Hal ini akan menyulitkan dalam identifikasi dan perhitungan konsentrasi. Oleh karena itu biasanya untuk sample jenis ini dilakukan tahapan preparasi sample yang lebih rumit agar sample yang siap diinjeksikan ke HPLC sudah cukup bersih dari impuritis. Sample farmasi biasanya jauh lebih mudah karena sedikit mengandung komponen selain zat aktif. Sample ini umumnya hanya melalui proses pelarutan saja.

Senin, 12 Mei 2014

Jenis - Jenis Ikatan Kimia

Pada tahun 1916, Lewis dan Langmulir dari Amerika serta Kosel dari Jerman mengemukakan bahwa atom-atom unsure gas mulia sukar bereaksi dengan atom-atom lain maupun dengan atom-atom sejenis, sehingga di alam gas mulia cenderung berada dalam keadaan molekul beratom tunggal. Menurutnya, keadaan stabil dari unsure-unsur gas mulia lebih di sebabkan oleh keunikan konfigurasi elekronnya. Oleh karena gas mulia stabil, konfigurasi electron atom gas mulia dijadikan rujukan bagi konfigurasi elektro atom yang ingin membentuk molekul stabil.
Jika unsur-unsur selain gas mulia bergabung dengan atom lain membentuk senyawa, maka konfigurasi elekron atom-atom berkaitan umumnya mengalami perubahan menyerupai konfigurasi elekron gas mulia. Gagasan tersebut kemudian berkembang menjadi teori, yang diuraikan sebagai berikut:a.       Elektron pada kulit terluar mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan ikatan.
b.      Ikatan terbentuk karena perpindahan satu atau lebih elektron dari suatu atom lain yang diikatnya
c.       Ikatan terbentuk karena perpindahan satu atau lebih elektron dank karena pemakaian bersama pasangan elekron diantara dua atom yang berkaitan.
d.      Perpindahan atau pemakaian bersama elekron berlangsung sedemikian rupa sehingga setiap atom yang terlihat mempunyai konfigurasi elektronik serupa atom gas mulia.
 Untuk menyatakan kofigurasi elektronil lulit terluar dari atom-atom yang berikatan, Gilbert N. Lewis memperkenalkan  sistem penulisan ikatan kimia antar atom dengan menggunakan lambing titik Lewis. Pada saat ini ada anggapan bahwa hanya elektron kulit terluar yang berperan dalam pembentukan ikatan kimia, sehingga hanya elektron pada pada kulit terluar  yang dituliskan dengan lambing Lewis. Lambang Lewis dibuat dengan cara menuliskan lambing atom dikelilingi oleh sejumlah  titik untuk menyatakan elektron valensi.Contoh, unsur hydrogen mempunyai satu elektron dalam kulit terluar, diberi lambing .H. LAMBANG Lewis digunakan untuk menjelaskan ikatan kimia antara atom-atom.(yayan s.2003)Rumus yang disusun menggunakan lambing Lewis dinamakan rumus Lewis atau rumus titik elektron. Menurut Pauling, suatu ikatan kimia dikatakan ada diantara dua atom jika kakas ikatan diantaranya demikian kuat sehingga dihasilkan suatu kesatuan dengan stabilitas cukup untuk dapat dipandang sebagai spesies molekul bebas.Pada model rumus titik elektron Lewis tidak dapa menjelaskan  sifat-sifat senyawa kovalen seperti terkuat ikatan, struktur geometri molekul, warna dan lainnya. Molekul atom Borh penulisan rumus titik elektron berubah, dimana lambang atom dikelilingi  oleh elektron valensi.
(M.Clyde Day, J.R dan Joel Selbin.1987)Jenis-jenis ikatan kimia1.      Ikatan ion (elektronvalen)
      Kossel (1916), mendapatkan bahwa unsure-unsur sebelum gas mulia  mudah membentuk ion negatif (elektronegatif), sedang unsure-unsur sesudah gas mulia, mudah membentuk ion positif (eletropositif). Misalnya atom Cl mudah membentuk ion  sedang atom Na mudah membentuk ion . Bila kedua ion ini berikatan terbentuklah ikatan elektrovalen atau ikatan ion.
Na+  +  Cl  [Na]+  + [ Cl ]-                                                       
      (Sukardjo.1990)Pembentukan Ikatan IonikPerkembangan munculnya teori ionisasi mendorong pemahaman adanya senyawa ionik dan senyawa kovalen atau ionik. Senyawa ionik sederhana terbentuk hanya antara unsure-unsur metalik dan non metalik yang keduanya sangat aktif. Dua persyaratan penting, yaitu energi ionisasi  untuk membentuk kation dan afinitas elektron untuk membentuk anion harus lebih menguntungkan (fafourable) di tinjau dari pertimbangan energi. Ini bukn berarti kedua reaksi pembentukan ion-ion terebut harus eksotermik, tetapi lebih berarti bahwa reaksi tidak membutuhkan energi yang terlalu besar. Jadi persyaratan untuk terjadi ikatan ionik adalah salah satu atom unsur harus mampu melepas satu atau dua elekron (jarang tiga elektron) tanpa memerlukan banyak energi, Oleh karena itu, ikatan ionik banyak diumpai pada senywa dari logam golongan1,2 sebagian 3 dan beberapa logam transisi dengan bilangan oksidasi rendah, dan non logam golongan Halogen, Oksigen, dan Alitrogen. Semua energi ionisasi adalah endotermik, dan afinitas  elektron untuk halogen adalah eksotermik, tetapi untuk oksigen dan Nitrogen sedikit    endotermik.       (Kristian H. Sugiyarto dan Retno D. Suyanti)Ketika atom-atom saling mendekat dan membentuk ikatan, harus ada penurunan energi total, sebab keadaan atom-atom yang berikatan harus lebih stabil dari sebelumnya, hingga mencapai tingkat energy yang lebih rendah.Contoh: pada pembentukan senyawa NaF diatas, prosesnya dapat dianggap dapat berlangsung dalam dua tahap yaitu:(1)               Elektron di transfer antara kedua atom yang terpisah membentuk Kation dan Anion
(2)               Selanjudnya kedua ion tersebut mengadakan bakutanik untuk membentuk ikatan.
Bakutanik muatan ionik yang berlawanan tidak berhenti sampai terbentuk sepasang  ikatan ion, tetapi bakutanik maksimum ion-ion dengan muatan berlawanan dan tolakan minimum antara ion-ion dengan  muatan sama berlangsung sampai terbentuk  Kristal padat.Oleh karena itu, energy akan terus dibebaskan sampai pada keadaan paling stabil dari Kristal padat NaF tercapai.                                                          (Yayan, Sunaryo. 2003)Senyawa Ionik     Sifat-sifat senyawa ionik:(1)          Senyawa ionik cenderung mempunyai konduktivitas listrik sangat rendah dalam bentuk padatan, tetapi menghantar listrik sangat baik dalam keadaan leburnya. Daya hantar listrik ini diasosiasikan dengan adanya ion-ion positif dan negatif  yang bergerak bebas karena pengaruh listrik. Dalam keadaan padat, ion-ion ini diikat kuat dalam kisi, tidak mengalami migrasi atau perpindahan, dan juga tidak membawa arus listrik.
(2)          Senyawa ionik cenderung mempunyai titik leleh tinggi. Ikatan ionik biasanya sangat kuat terarah ke segala arah.    
(Kristian H. Sugiyarto dan Retno D. Suyanti) 2.      Ikatan kovalen
Banyak ikatan yang tidak dapat dimasukkan kedalam ikatan  ion, seperti senyawa-senyawa non-elektrolit   atau molekul dari unsur sejenis . Lewis pada tahun 1916 menjelaskan bahwa atom-atom dapat memperoleh susunan elektron gas mulia dengan jalan pembagian elektron (electron sharing).Molekul-molekul  dan  terbentuk dengan jalan pembagian electron.Ikatan kovalen diarahkan dalam ruang pada kedudukan tertentu. Suatu bentuk khusus dari ikatan kovalen ialah ikatan Koordinasi atau ikatan datif (Sidgwick).                                                                                                           (Sukardjo. 1990)Menurut Lewis atom-atom dapat berikaran dengan cara membentuk pasangan elektron hasil persekutuan sehingga pasangan elektron tadi menjadi milik kedua atom  yang berikatan. Dengan mekanisme seperti itu kesetabilan gas mulia dapat tercapai. Langmulir menyebut senyawa yang terbentuk dengan cara ikatan yang dikemukakan Lewis sebagai senyawa kovalen. Menurut Lewis persekutuan elektron selalu terjadi dalm pasangan-pasangan elektron.Seperti halnya Kossel, Leis menganggap penyebab terjadinya ikatan kovalen ialah kecenderungan atom-atom mencapai konfigurasi elektron atom gas mulia yang stabil, yaitu 8 elektron pada kulit terluar (kecuali 2 elektron untuk He). Oleh karena itu teori Lewis tentang ikatan kovalen disebut teori Oktet.Aturan Penulisan Rumus Lewis1)             Semua elektron valensi ditunjukkan dengan titik disekitar atomnya.
2)             Satu ikatan (dalam hal ini,ikatan tunggal) antara dua atom di bentuk dengan penggunaan bersamaan dua elektro (satu elektron dari masing-masing atom)
3)             Satu garis sebagai ganti pasangan titik serig digunakan untuk menunjukkan pasangan elektron ikatan.
4)             Elektron yang tidak digunakan untuk ikatan tetap sebagai elektron bebas. Titik tetap digunakan untuk menimbulkan pasangan elektron bebas.
5)             Kecuali untuk atom hidrogen yang akan memiliki dua elektron bila berikatan,) atom umumnya akan memiliki delapan elektron untuk memenuhi aturan Oktet.
Contohnya : 3.      Ikatan Logam
Setelah penemuan elektron, daya hantar logam yang tinggi dijelaskan dengan menggunakan model elektron bebas, yakni ide bahwa logam kaya akan elektron yang bebas bergerak dalam logam. Namun, hal ini tidak lebih dari model. Dengan kemajuan mekanika kuantum, sekitar tahun 1930, teori Mo yang mirip dengan yang digunakan dalam molekul hidrogen digunakan untuk masalah Kristal logam. Elektron dalam Kristal logam di minta oleh orbital-orbital dengan nilai energi diskontiya , dab situasinya mirip dengan elektron yang mengelilingi inti atom. Namun dengan meningkatnya jumlah orbital atom yang berinteraksi banyak, celah energi dari teori MO menjadi lebih sempit, dan akhirnya banyak tinggat energy akan bergabung membentuk pita energi dengan lebar tertentu.Bila orbital-orbital valensi (s) terisi penuh, elektro-elektron ini tidak dapat di gerakkan oleh medan listrik kecuali electron ini lompat dari orbital yang penuh ke orbital kosong diatasinya.(TIM DOSEN KIMIA UMUM I. 2012)

      Pembentukan Ikatan Logam           
 Logam memiliki sedikit elektron valensi dan memiliki elektronegativitas yang rendah. Semua jenis logam cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion-ion positif/atom-atom positif/kation logam.Kulit terluar unsur logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong) sehingga elektron terdelokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi  tidak tetap posisinya pada suatu atom, tetapi senantiasa berpindah pindah dari satu atom ke atom lainnya.Elektron valensi logam bergerak dengan sangat cepat mengitari intinya dan berbaur dengan elektron valensi yang lain dalam ikatan logam tersebut sehingga menyerupai “awan” atau “lautan” yang membungkus ion-ion positif di dalamnya. Elektron bebas dalam orbit ini bertindak sebagai perekat atau lem. Kation logam yang berdekatan satu sama lain saling tarik menarik dengan adanya elektron bebas sebagai ”lemnyaLebih dari separuh unsur-unsur yang ada berupa logam dan logam ini mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut:
a.  Penghantar listrik dan panas yang baik
b.  Keras, mudah di tempa dan di tarik
c.  Titik lebur dan titik didih tinggid.      Mengkristalkan dengan bilangan koordinasi tinggi, yaitu 12 atau 14 .Sifat-sifat diatas tidak dapat dijelaskan dengan ikantan ion atau kovalen, hingga ikatan yang terdapat dalam logam merupakan ikatan yang khusus, yang disebut ikatan logam. (Sukardjo. 1990) 

4. Ikatan Hidrogen            
Hidrogen merupakan unsur yang menovalenkan, hanya membentuk satu ikatan, tetapi pembentukan ikatan ini dapat secara empat macam :a.       Pembentukan Kation H+Ion H+ terbentuk dari atom H yang melepaskan elektron. Ion H dalam air selalu dalam bentuk terhidrat, sebagai ion hidronium atau oksonium atau hidrosonium : H3O+. Ikatan dalam H3O+ berupa ikatan kovalen koordinasi.b.      Pembentukan Ion H
Dengan mengikat satu electron, hidrogen  dapat membentuk anion H-. Hal ini terjadi pada senyawa-senyawa hidrida logam alkali dan alkali tanah. c.       Pembentukan Ikatan Kovalem Tunggal
Dalam banyak senyawa, hidrogen membentuk ikatan kovalen tunggal  dengan atom-atom lain.d.      Pembentukan Ikatan Satu Elektron H
Hal ini sangat jarang terjadi, kecuali dalam ion molekul, H2+ adanya ion ini dapat diketahui dalam tabung pelucutan. 

Ikatan Hidrogen            
Dalam banyak hal, hidrogen dapat membentuk dua ikatan, misalnya  dalam senyawa hidrogen fluorida, yang dari BN-nya diketahui mempunyai rumus (Hf)n. Garam KHF2 dapat dianggap berasal dari asalm H2F2.              
Mula-mula ikatan antara F dan H dianggap kovalen koordinasi :
(H – F  H – F  H – F)n K+ (F  H – F)
            Oleh karena atom H tidak mungkin dikelilingi empat electron hal tersebut tidak benar. Ikatan ini terbentuk karena gaya elektrostatik antara H dan F dan disebut Ikatan Hidrogen. Ikatan ini sangat lemah, energi ikatanya 5 – 10 Kcal. Jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan energi ikat dari ikatan kovalen yang besarnya 30 – 100 Kcal.
            Ikatan Hidrogen, digambarkan sebagai titik-titik antara atom-atom yang bersangkutan dengan hidrogen. Ikatan ini hanya terjadi antara atom-atom yang mempunyai elektonegatifitas tinggi yaitu F, O dan N dengan atom hidrogen. 

Ø  Ikatan Hidrogen Antara Molekul
a.      Hidrogen Fluorida, Air, dan Amoniak
Ketiga zat ini mempunyai tetapan dielektrikum tinggi, titik lebur dan titik didih yang relatif tinggi bila dibandingkan dengan hidrida-hidrida yang segulungan dalam tabel periodik. Ini disebabkan karena adanya ikatan hidrogen dalam ketiga zat diatas.Untuk memecah ikatan hidrogen ini diperlukan energi, hingga titik lebur dan titik didih relatif tinggi. Air dalam  bentuk padat yaitu es, satuan-satuan molekul H2Onya tersusun secara letrahefral.     
Ø  Ikatan Hidrogen Dalam Molekul
a.      Senyawa Orto Substitusi Benzena
O-nitrofenol mendidih pada 214 oC. Lebih rendah daripada Isomer Meta (290  oC) dan Isomer Para (279 oC). zat ini juga lebih mudah menguap  dalam uap air, lebih sukar larut dalam air daripada Isomer Meta dan Para.Bentuk orto-nitrofenol mengadakan Ikatan hidrogen dalam molekuk sedang bentuk Meta dan Para mengadakan Ikatan hidrogen antar molekul, hingga titik didihnya relatif tinggi.Kelarutan yang kecil daam air dari zat ini disebabkan karena gugus OH dalam molekul tidak bebas lagi, jadi tidak dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air.(Sukardjo. 1990) 

5. Teori Ikatan Valensi            
Penerapan teori Ikatan Valensi pada senyawa kompleks terutama dimulai oleh pauling. Teori ini berkaitan dengan struktur electron keadaan dasar dari atom pusat, khusunya dengan jenis ikatan, Stereokimia, dan sifat magnetic senyawa kompleks. Orbital dalam senyawa kompleks hanya ditinjau dari segi orbital-orbital atom pusat dan hibrididadinya untuk menghasilkan orbital ikatam. Pauling menggunakan cara sederhana untuk menggambarkan ikatan. Cara tersebut didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut :
a.              Atom pusat harus menyediakan sejumlah orbital yang banyaknya sama dengan bilangan koordinasi untuk membentuk ikatan kovalen dengan orbital ligan yang sesuai. Dalam model ini, orbital ligan tidak diuraikan secara tepat, tetapi dianggap sebagai orbital ikatan sigma yang terisi penuh.
b.             Ikatan kovalen sigma berasal dari overlap orbital kosong ato, logam dan sebuah orbital sigma penuh dari gugus donor. Orbital logam akan menjadi orbital hibrida, terbentuk dari orbital S, P, dan d yang tersedia. Dengan demikian, gugus donor harus merupakan spesi kimia yang paling sedikit mempunyai sepasang electron bebas. Ikatan koordinasi yang terjadi dapat dipandang sebagai ikatan kovalen yang melibatkan overlap dari dua orbital terarah.
c.              Disamping ikatan sigma, dalam teori ikatan valensi diperkenankan juga terbentuknya ikatan phi, asalnya tersedia orbital-d yang sesuai beserta elektonya, dan overlap dengan orbital phi ligan dapat terjadi. Ikatan jenis ini, jika berupa (M  L), akan mengubah distribusi muatan pada atom logam dan ligan sedemikian sehingga memperkuat ikatan sigma, tetapi jika ikatan tersebut berupa (L  M), biasanya tidak diperhitungkan dalam teori ikatan valensi, sehingga ikatan sigma dapat diperlemah tetapi secara keseluruhan kekuatan ikatan akan meningkat.
Ikatan kovalen terkuat akan terbentuk apabila awan muatan beroverlap secara maksimal. Agar kriteria ini dapat dipenuhi, orbital-orbital atom standar harus berhibrida membentuk satu pangkat orbital ikatan setara dan memiliki sifat orientasi yang pasti. Sebagai contoh ditinjau senyawa komplek Oktahedral dari unsur transisi deret pertama misalnya kromium Ion Cr3+ dapat menyediakan enam orbital atom, yaitu 3dx2, y2, 3dz2, 4s, 4px, 4py, dan 4p2z. Kombinasi linear dan orbital tersebut menghasilkan enam orbital d2sp3 yang setara secara energy.
(Yayan Sunarya, 2003)

6. Ikatan Van Der Waals            
Gaya dorong pembentukan ikatan hidrogen adalah distribusi muatan yang tak seragam dalam molekul atau polarasi molekul (dipole permanen). Polaritas molekul adalah sebab agregasi molekul menjadi cair atau padat. Namun, molekul non Polar semacam metana CH4, Hidrogen H2 atau He (molekul monoatomik) dapat juga dicarikan, dan pada suhu yang sangat rendah, mungkin juga dipadatkan. Hal ini berarti bahwa ada gaya agreagasi antar molekul-molekul ini.            Gaya semacam ini disebut dengan gaya antarmolekul. Ikatan hidrogen yang didiskusikan diatas adalah salah satu jenis gaya antarmolekul. Gaya antarmolekul khas untuk molekul non Polar adalah gaya Van der Waals. Asal usul gaya ini adalah distribusi muatan yang sesaat tidak seragam (dipole sesaat) yang disebabkan oleh fruktuasi awan electron disekitar ini. Dalam kondisi yang sama, semakin banyak jumlah electron dalam molekul semakin mudah molekul tersebut akan dipolarisasi sebab elektron-elektronnya akan tersebar luas. Bila dua awan elektron mendekati satu sama lain, dipole akan terinduksi ketika awan elektron mempolarisasi sedemikian sehingga menstablikan yang bermuatan berlawanan. Dengan gaya Van der Waals suatu sistem akan terstabilikan sebesar 1 Kkal mol-1.            Bandingkan harga ini dengan nilai stabilisasi yang dicapai dengan pembentukan (ikatan kimia dalam orde 100 Kkal mol-1). Kimiawan kini sangat tertarik  dengan supramolekul yang terventuk dengan agregrasi molekul dengan gaya antarmolekul. (TIM DOSEN KIMIA UMUM, 2012)

7.Ikatan Phi dan Ikatan Sigma            
Dalam kimia, ikatan pi (ikatan π) adalah ikatan kimia kovalen yang dua cuping orbital atom yang berlektron tunggal bertumpang tindih dengan dua cuping orbital atom lainnya yang juga berlektron tunggal. Hanya terdapat satu bidang simpul dari orbital yang melewati dua inti atom.
Dua orbital-p yang membentuk ikatan-π.            Huruf Yunani π berasal dari nama orbital p karena simetri orbital ikatan pi adalah sama dengan orbital p ketika dilihat dari sumbu ikatan. Orbital p biasanya terlibat dalam ikatan sejenis ini. Orbital d juga dianggap terlibat dalam ikatan pi, namun tidaklah seperlunya benar, walaupun konsep ikatan orbital d sesuai dengan hipervalensi.
             
Ikatan pi biasanya lebih lemah dari ikatan sigma karena rapatan elektronnya lebih jauh dari inti atom yang bermuatan positif, sehingga memerlukan lebih banyak energi. Dari sudut pandang mekanika kuantum, kelemahan ikatan ini dijelaskan oleh ketumpangtindihan yang sangat sedikit di antara orbital p oleh karena orientasinya yang paralel.
            Walaupun ikatan pi lebih lemah dari ikatan sigma, ikatan pi seringkali merupakan komponen dari ikatan rangkap bersamaan dengan ikatan sigma. Kombinasi dari ikatan sigma dan pi lebih kuat dari ikatan pi dan sigma yang berdiri sendiri. Kekuatan ikatan yang bertambah dari ikatan rangkap diindikasikan oleh banyak pengamatan, namun yang paling menonjol adalah kontraksi panjang ikatan. Sebagai contoh, dalam kimia organik, panjang ikat karbon-karbon pada etana adalah 154 pm, etilena 133 pm, dan asetilena 120 pm.