(Sukardjo.1990)Pembentukan Ikatan IonikPerkembangan munculnya teori ionisasi mendorong pemahaman adanya senyawa ionik dan senyawa kovalen atau ionik. Senyawa ionik sederhana terbentuk hanya antara unsure-unsur metalik dan non metalik yang keduanya sangat aktif. Dua persyaratan penting, yaitu energi ionisasi untuk membentuk kation dan afinitas elektron untuk membentuk anion harus lebih menguntungkan (fafourable) di tinjau dari pertimbangan energi. Ini bukn berarti kedua reaksi pembentukan ion-ion terebut harus eksotermik, tetapi lebih berarti bahwa reaksi tidak membutuhkan energi yang terlalu besar. Jadi persyaratan untuk terjadi ikatan ionik adalah salah satu atom unsur harus mampu melepas satu atau dua elekron (jarang tiga elektron) tanpa memerlukan banyak energi, Oleh karena itu, ikatan ionik banyak diumpai pada senywa dari logam golongan1,2 sebagian 3 dan beberapa logam transisi dengan bilangan oksidasi rendah, dan non logam golongan Halogen, Oksigen, dan Alitrogen. Semua energi ionisasi adalah endotermik, dan afinitas elektron untuk halogen adalah eksotermik, tetapi untuk oksigen dan Nitrogen sedikit endotermik. (Kristian H. Sugiyarto dan Retno D. Suyanti)Ketika atom-atom saling mendekat dan membentuk ikatan, harus ada penurunan energi total, sebab keadaan atom-atom yang berikatan harus lebih stabil dari sebelumnya, hingga mencapai tingkat energy yang lebih rendah.Contoh: pada pembentukan senyawa NaF diatas, prosesnya dapat dianggap dapat berlangsung dalam dua tahap yaitu:(1) Elektron di transfer antara kedua atom yang terpisah membentuk Kation dan Anion
Pembentukan Ikatan Logam
Logam memiliki sedikit elektron valensi dan memiliki elektronegativitas yang rendah. Semua jenis logam cenderung melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion-ion positif/atom-atom positif/kation logam.Kulit terluar unsur logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong) sehingga elektron terdelokalisasi, yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tidak tetap posisinya pada suatu atom, tetapi senantiasa berpindah pindah dari satu atom ke atom lainnya.Elektron valensi logam bergerak dengan sangat cepat mengitari intinya dan berbaur dengan elektron valensi yang lain dalam ikatan logam tersebut sehingga menyerupai “awan” atau “lautan” yang membungkus ion-ion positif di dalamnya. Elektron bebas dalam orbit ini bertindak sebagai perekat atau lem. Kation logam yang berdekatan satu sama lain saling tarik menarik dengan adanya elektron bebas sebagai ”lemnyaLebih dari separuh unsur-unsur yang ada berupa logam dan logam ini mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut:
a. Penghantar listrik dan panas yang baik
4. Ikatan Hidrogen
Hidrogen merupakan unsur yang menovalenkan, hanya membentuk satu ikatan, tetapi pembentukan ikatan ini dapat secara empat macam :a. Pembentukan Kation H+
Ikatan Hidrogen
Dalam banyak hal, hidrogen dapat membentuk dua ikatan, misalnya dalam senyawa hidrogen fluorida, yang dari BN-nya diketahui mempunyai rumus (Hf)n. Garam KHF2 dapat dianggap berasal dari asalm H2F2.
Mula-mula ikatan antara F dan H dianggap kovalen koordinasi :
(H – F H – F H – F)n
Ø Ikatan Hidrogen Antara Molekul
Ø Ikatan Hidrogen Dalam Molekul
5. Teori Ikatan Valensi
Penerapan teori Ikatan Valensi pada senyawa kompleks terutama dimulai oleh pauling. Teori ini berkaitan dengan struktur electron keadaan dasar dari atom pusat, khusunya dengan jenis ikatan, Stereokimia, dan sifat magnetic senyawa kompleks. Orbital dalam senyawa kompleks hanya ditinjau dari segi orbital-orbital atom pusat dan hibrididadinya untuk menghasilkan orbital ikatam. Pauling menggunakan cara sederhana untuk menggambarkan ikatan. Cara tersebut didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut :
a. Atom pusat harus menyediakan sejumlah orbital yang banyaknya sama dengan bilangan koordinasi untuk membentuk ikatan kovalen dengan orbital ligan yang sesuai. Dalam model ini, orbital ligan tidak diuraikan secara tepat, tetapi dianggap sebagai orbital ikatan sigma yang terisi penuh.
6. Ikatan Van Der Waals
Gaya dorong pembentukan ikatan hidrogen adalah distribusi muatan yang tak seragam dalam molekul atau polarasi molekul (dipole permanen). Polaritas molekul adalah sebab agregasi molekul menjadi cair atau padat. Namun, molekul non Polar semacam metana CH4, Hidrogen H2 atau He (molekul monoatomik) dapat juga dicarikan, dan pada suhu yang sangat rendah, mungkin juga dipadatkan. Hal ini berarti bahwa ada gaya agreagasi antar molekul-molekul ini. Gaya semacam ini disebut dengan gaya antarmolekul. Ikatan hidrogen yang didiskusikan diatas adalah salah satu jenis gaya antarmolekul. Gaya antarmolekul khas untuk molekul non Polar adalah gaya Van der Waals. Asal usul gaya ini adalah distribusi muatan yang sesaat tidak seragam (dipole sesaat) yang disebabkan oleh fruktuasi awan electron disekitar ini. Dalam kondisi yang sama, semakin banyak jumlah electron dalam molekul semakin mudah molekul tersebut akan dipolarisasi sebab elektron-elektronnya akan tersebar luas. Bila dua awan elektron mendekati satu sama lain, dipole akan terinduksi ketika awan elektron mempolarisasi sedemikian sehingga menstablikan yang bermuatan berlawanan. Dengan gaya Van der Waals suatu sistem akan terstabilikan sebesar 1 Kkal mol-1. Bandingkan harga ini dengan nilai stabilisasi yang dicapai dengan pembentukan (ikatan kimia dalam orde 100 Kkal mol-1). Kimiawan kini sangat tertarik dengan supramolekul yang terventuk dengan agregrasi molekul dengan gaya antarmolekul. (TIM DOSEN KIMIA UMUM, 2012)
Dalam kimia, ikatan pi (ikatan π) adalah ikatan kimia kovalen yang dua cuping orbital atom yang berlektron tunggal bertumpang tindih dengan dua cuping orbital atom lainnya yang juga berlektron tunggal. Hanya terdapat satu bidang simpul dari orbital yang melewati dua inti atom.
Ikatan pi biasanya lebih lemah dari ikatan sigma karena rapatan elektronnya lebih jauh dari inti atom yang bermuatan positif, sehingga memerlukan lebih banyak energi. Dari sudut pandang mekanika kuantum, kelemahan ikatan ini dijelaskan oleh ketumpangtindihan yang sangat sedikit di antara orbital p oleh karena orientasinya yang paralel.